Pengangguran Indonesia Tertinggi di Asia Pasifik
NAMA : NURMAN IMANUDDIN
NPM : 25210188
KELAS : 2EB20
Sempitnya lapangan kerja di Tanah Air mengakibatkan banyak tenaga kerja produktif mengadu nasib di luar negeri.
TINGKAT pengangguran terbuka (TPT) usia muda, 15-29 tahun, di Indonesia mencapai 19,9% atau tertinggi di kawasan Asia Pasifik. Posisi kedua ditempati Sri Lanka sebesar 19%, Filipina pada angka 17,9%, dan Selandia Baru sebesar 16,2%.
"Meskipun TPT usia muda sudah menurun, jumlahnya masih besar, yakni 19,9% atau lebih dari 5,3 juta," ujar Direktur Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Rahma Iryanti dalam diskusi Voices of Youth, Facing the Global Challenge on Youth Employment di Jakarta, kemarin.
Rahma mengungkapkan penganggur usia produktif itu ialah mereka yang menginginkan pekerjaan formal. Artinya pekerjaan yang menyediakan perlindungan, jaminan sosial, dan kesejahteraan.
Menurut Rahma, TPT usia muda itu didominasi mereka yang berpendidikan sekolah menengah atas (SMA), diploma, dan sarjana. Selain itu, jumlah pengangguran usia produktif di kawasan perkotaan lebih besar untuk semua kelompok umur.
"Mereka itu sebetulnya memilih-milih pekerjaan. Jadi dia itu termasuk kelompok non-labour income," terangnya.
Lebih lanjut Rahma mengungkapkan angkatan kerja baru rata-rata setiap tahunnya bertambah 900 ribu dengan mayoritas berpendidikan SD dan SLTP. "Pada 2010, sekitar 1,2 juta siswa keluar dari sekolah pada tingkat pendidikan SD dan SLTP, sebanyak 300 ribu tidak sanggup melanjutkan karena terkendala masalah biaya."
Rahma menjelaskan, program bantuan pemerintah untuk mengurangi jumlah pengangguran itu hanya terserap 25,8%. Kendalanya, antara lain akses informasi yang belum merata dan rendahnya data pemuda yang memiliki minat berwirausaha.
Sektor informal
Pada kesempatan yang sama, Direktur Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organization/ILO) untuk Indonesia, Peter van Roiij, menyatakan peranan kaum muda sangat penting baik dalam politik, sosial, maupun ekonomi.
Untuk itu, menurutnya, diperlukan penciptaan lapangan kerja dan meningkatkan minat tenaga kerja usia muda untuk berwirausaha. "Usia produktif harus mencintai pekerjaan," ujarnya.
Senada dengan Peter van Roiij, pengamat tenaga kerja Universitas Krisnadwipayana Yaman Simanjuntak mengatakan pemerintah harus segera memperluas kesempatan kerja.
"Jangan sampai pengangguran semakin melonjak. Mereka ini, usia produktif, harus diberdayakan," ujarnya.
Yaman menuturkan tenaga kerja di usia produktif pada usia 15-29 tahun memilih bekerja di sektor formal, tapi persentasenya tidak berimbang dengan kebutuhan. "Posisi yang tersedia hanya sekitar 35%. Karena tidak tersedia, akhirnya mereka bekerja di sektor informal," lanjutnya.
Selain itu, karena kesempatan kerja di sektor formal yang sempit tersebut, banyak juga calon tenaga kerja yang memilih untuk mengadu nasib dengan bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. Meski begitu, peluang kerja di luar negeri pun yang tersedia dan dapat ditempati juga hanya sektor informal. (*/X-5)
Fidel Ali Permana, Fidel@mediaindonesia.com
sumber:
http://www.mediaindonesia.com/read/2012/03/03/308728/265/114/Pengangguran-Indonesia-Tertinggi-di-Asia-Pasifik
Tanggapan :
Tentu saja pemerintah harus bisa memperluas lapangan pekerjan. Kemudian memperbaiki mutu pendidikan. Atau dengan memberikan pendidikan kewirausahaan sejak usia sekolah (SMP atau SMA).
Dan jika benar apa yang dikatakan Direktur Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Rahma Iryanti, bahwa mereka yang berpendidikan sekolah menengah atas (SMA), diploma, dan sarjana itu memilih-milih pekerjaan maka pemerintah juga harus bisa meningkatkan kepercayaan kepada masyarakat terutama terutama para pemuda bahwa dengan berwirausaha juga kita dapat memperoleh kehidupan yang layak dimasa yang akan datang.
Tentu saja pemerintah harus bisa memperluas lapangan pekerjan. Kemudian memperbaiki mutu pendidikan. Atau dengan memberikan pendidikan kewirausahaan sejak usia sekolah (SMP atau SMA).
Dan jika benar apa yang dikatakan Direktur Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Rahma Iryanti, bahwa mereka yang berpendidikan sekolah menengah atas (SMA), diploma, dan sarjana itu memilih-milih pekerjaan maka pemerintah juga harus bisa meningkatkan kepercayaan kepada masyarakat terutama terutama para pemuda bahwa dengan berwirausaha juga kita dapat memperoleh kehidupan yang layak dimasa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar